Aku tersesat dan tak tahu arah jalan pulang…
Sebuah penggalan lirik
lagu yang unik untuk dikupas dan dicari makna tersiratnya dalam sudut pandang
yang berbeda dalam menangkap pola dari sesuatu yang semula tidak berpola. Hmm,
fenomena bangetz… hehe… Ok, lets check it
out!
Saat kita tersesat dan tak tahu arah jalan pulang, carilah bintang Polaris. Karena dia akan selalu bersinar dan berada pada koordinat yang sama.
Begitu juga dalam menapaki jalan ini. Bukan
rahasia jika semakin keatas, angin akan semakin kuat menerjang, semakin gelap
berawan, terjal, berliku, dan curam. Terombang-ambing dalam badai gelombang
fluktuatif kadang kala memang tak bisa dielakkan. Tersesat pada sebuah kondisi
yang sebenarnya bukan menjadi tujuan, juga sulit untuk dihindari. Namun jika
dimaknai dengan kacamata kebijaksanaan, itu semua tiada lain tiada bukan hanyalah
“bungkus” dari “sesuatu” yang akan diberikan Allah kepada para hambaNya yang
bertaqwa. “Sesuatu” inilah yang masih menjadi rahasia sebelum datang waktunya.
Kadangkala Allah memberikan “mutiara” yang dibungkus dengan sesuatu bernama “kesulitan”. Maka, hanya dengan iman, kesungguhan, keikhlasan, dan kesabaranlah kita akan dapat membuka bungkusan itu dan mendapatkan mutiara yang indah.
Setiap perjalanan seorang mukmin, pasti akan berakhir
dengan indah, jika tidak indah, itu bukanlah akhir dari perjalanan kita. Maka
teruslah berjalan, tataplah ke depan. Jangan terlalu merisaukan belokan-belokan
yang sering menawarkan warna yang bukan menjadi tujuan kita. Jika kita hampiri
warna-warna tersebut, konsekuensi logis yang muncul adalah kita akan tersesat,
terombang-ambing, bahkan nyaris jatuh. Bagaimanapun kondisi yang sedang
dihadirkan, jika kita dapat menangkap signal yang dipancarkan oleh Allah, esensinya
adalah semua itu merupakan “sarana”, semata hanya untuk menaikkan kapasitas
diri kita, membentuk diri kita menjadi sosok yang lebih kuat, tegar, dan lebih
bisa menghargai dan bersyukur atas segala bentuk pemberian Allah tanpa
memandang nominal.
Dalam hal apapun, belajar maupun bekerja,
janganlah mencari banyak, tetapi carilah berkah. Karena di dalam berkah itu
tersimpan kekuatan Allah yang akan melahirkan sesuatu yang indah dan tidak
pernah disangka-sangka yang akan hadir pada episode ke depan. Apapun yang
tertulis dalam skenario Allah adalah untuk menyiapkan diri kita terhadap “pelangi”
yang akan didatangkan setelah “hujan”. Sekarang, tinggal bagaimana kita belajar
menari di dalam hujan? Semua sudah ada petunjuk dan pedoman yang valid,
Al-Quran dan Hadist.
Sebuah analogi yang sangat menarik untuk dikupas.
Ibarat bintang Polaris yang akan terus bersinar dan berada pada koordinat yang
sama, Allah juga demikian. Saat kita terombang-ambing dalam badai kehidupan
yang tidak stabil dan sangat fluktuatif maka kembalikan semua pada yang membuat
skenario, Allah azza wajalla. Dengan lebih memahami konsep diri, hakikat
keberadaan kita pada perjalanan kehidupan fana ini adalah semata untuk
beribadah kepada Allah SWT.
Bermula dari tiada, ada, kembali ke tiada
lagi. Berawal dari kelahiran, hidup, lalu kematian. Itulah siklus yang terjadi
bagi semua makhluk. Jadi, dalam perjalanan ini pun juga merupakan tahapan kita
dalam mengumpulkan bekal sebelum nantinya kita sampai pada pintu gerbang
bernama kematian menuju kehidupan yang abadi, kehidupan setelah mati.
Mempertanggungjawabkan semua amal ibadah kita selama melakukan perjalanan di
dunia. Bertemu Allah dengan wajah
berseri ataukan muram, itu semua adalah pilihan. Memilih untuk sesuai pedoman
yang diberikan atau sekedar menuruti nafsu pada warna di setiap belokan yang
menawarkan fatamorgana dunia? Kita diberi kebebasan untuk memilih. Maka, bijaksanalah… ^_^
Kita adalah penulis cerita pada kehidupan kita
sendiri. Sekali lagi, bukan orang lain, bukan siapa-siapa, melainkan diri kita
sendiri. Maka tulislah cerita kehidupan ini dengan tinta bernama taqwa, ikhlas,
syukur, tawadhu, dan istiqomah, yang dapat menuai ridho dan berkah dari Allah
SWT, InsyaAllah, aamiin...
Hidup
ini indah, bila ku selalu ada di sisiMu setiap waktu…
Apapun episode yang sedang hadir, keep istiqomah
dalam syukur, ikhlas, dan tawadhu…
Percaya pada harapan dan cita akan menjadi
nyata…
Innallaha maana…
Cheers… :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar