Dikisahkan ada seorang murid kesayangan seorang Kyai sebuah pesantren di Jawa, namanya Firdaus. Dia sangat rajin, suka belajar, dan sifatnya baik.
Pada suatu hari ketika Firdaus sedang bertugas, dia melihat
satu toko kain sedang ramai dikerumunin banyak orang. Karena penasaran dan
ingin mengetahui apa yang sedang terjadi, dia mendekat dan disitu dia melihat
ada seorang pembeli dan penjual kain yang sedang berdebat.
Saat itu si pembeli berteriak: "4 x 7 = 27, kenapa kamu
bilang 28?”
Firdaus
mendekati si pembeli kain dan berkata: "Sobat, sudah jelas bahwa 4 x 7 =
28, tidak usah diperdebatkan lagi".
Mengetahui ada orang yang tiba-tiba menyalahkan pendaptnya,
si pembeli kain tidak senang lalu menunjuk hidung Firdaus dengan nada kesal
sembari berkata: "Siapa yang minta pendapatmu? Kalaupun mau minta pendapat
haruslah minta kepada pak Kyai. Benar atau salah hanya pak Kyai yang berhak mengatakan,
bukan kamu, siapalah dirimu".
Firdaus: "Baiklah, kita tanyakan saja hal ini kepada
pak Kyai. Jika beliau bilang kamu salah, bagaimana?"
Mendengar hal itu, si pembeli kain langsung menjawab tanpa
pikir panjang: "Kalau pak Kyai bilang aku salah, kepalaku aku potong
untukmu. Sekarang, kalau kamu yang salah, bagaimana?"
Firdauspun langsung menjawab: "Kalau saya yang salah,
jabatanku untukmu".
Keduanya sepakat untuk bertaruh, lalu pergi mencari pak
Kyai. Setelah pak Kyai mengetahui persoalan sebenarnya, beliau berkata kepada
Firdaus sambil tersenyum: "4 x 7 = 27. Firdaus, kamu yang
kalah. Berikan jabatanmu kepada dia".
Dari dulu dan selamanya Firdaus tidak akan berdebat dengan
gurunya. Ketika mendengar jawaban pak Kyai bahwa dia salah, langsung dia
turunkan pecinya dan memberikannya kepada pembeli kain tadi.
Si pembeli tadi mengambil peci Firdaus dan berlalu dengan
puas, dia berhasil mengalahkan lawan debatnya kala itu. Di sisi lain, walaupun
Firdaus menerima penilaian pak Kyai, tetapi sebenarnya hatinya sangat tidak
sependapat. Dia merasa Kyai sudah tua dan pikun sehingga dia tidak mau
lagi belajar darinya. Firdaus minta cuti dengan alasan urusan
keluarga. Kyai tahu isi hati Firdaus dan memberi cuti padanya. Sebelum
berangkat, Firdaus berpamitan dan pak Kyai memintanya cepat kembali setelah
urusannya selesai, tak lupa juga beliau memberi dua nasihat kepada
Firdaus: "Bila hujan lebat, janganlah berteduh di bawah pohon dan
janganlah kau membunuh"
Firdaus menjawab: “Baiklah” lalu dia berangkat pulang.
Di dalam perjalanan tiba-tiba angin kencang disertai petir,
kelihatannya sudah mau turun hujan lebat. Firdaus ingin berlindung di bawah
pohon tapi tiba-tiba dia ingat nasihat Kyai dan dalam hati berpikir untuk
menuruti kata gurunya sekali lagi. Maka dia meninggalkan pohon itu. Belum lama
dia pergi, petir menyambar dan pohon itu pun hancur. Firdaus sangat terkejut
melihat peristiwa itu langsung di depan matanya, nasihat gurunya yang pertama
sudah terbukti.
"Apakah saya akan membunuh orang?" Gumam Firdaus.
Setiba dirumahnya sudah larut malam dan tidak ingin mengganggu tidur
istrinya. Dia menggunakan pedangnya untuk membuka kamarnya. Sesampai di
depan tempat tidur, dia meraba dan mendapati ada seorang di sisi kiri ranjang
dan seorang lagi di sisi kanan. Dia sangat marah, dan mau menghunus
pedangnya. Pada saat mau menghujamkan pedangnya, dia ingat lagi nasihat Kyai,
jangan membunuh. Dia lalu menyalakan lilin dan ternyata yang tidur disamping
istrinya adalah adik istrinya.
Pada keesokan harinya, Firdaus kembali ke pak Kyai, berlutut
dan berkata: "Guru, bagaimana guru tahu apa yang akan terjadi
padaku?"
Pak Kyai berkata: "Kemarin hari sangatlah panas,
diperkirakan akan turun hujan petir, makanya saya mengingatkanmu untuk tidak
berlindung dibawah pohon. Dan kamu kemarin pergi dengan amarah dengan
membawa pedang, maka guru mengingatkanmu agar jangan membunuh".
Firdaus menjawab: "Guru, perkiraanmu hebat sekali,
Firdaus sangatlah kagum."
Pak Kyai menambahkan: "Aku tahu kamu minta cuti
bukanlah karena urusan keluarga. Kamu tidak ingin belajar lagi dariku
gara-gara masalah kemarin kan? Sekarang, coba kamu pikirkan. Kemarin guru
bilang 4 x 7 = 27 adalah benar, kamu kalah dan kehilangan jabatanmu. Tapi
jikalau guru bilang 4 x 7 = 28 adalah benar, si pembeli kainlah yang kalah dan
itu berarti akan hilang 1 nyawa. Menurutmu, jabatanmu lebih penting atau
kehilangan 1 nyawa yang lebih penting?"
Firdaus sadar akan kesalahannya dan berkata: "Guru
mementingkan yang lebih utama, murid malah berpikir guru sudah tua dan pikun.
Murid benar-benar malu dan merasa bersalah, untuk itu murid mohon maaf
Guru."
Sejak itu, Firdaus selalu menaati pak Kyai dan belajar lebih
bijak dalam menyikapi permasalahan.
========================================**************======================================
Nah, hikmah apa yang bisa diambil dari cerita itu Sob? Ok,
setiap hal yang terjadi pastilah ada hikmah yang sedang dihidangkan untuk kita
jika kita lebih peka untuk menangkapnya. Ini dia hikmah yang bisa diambil:
Jikapun aku bertaruh dan memenangkan seluruh dunia, tapi aku
kehilangan kamu, apalah artinya? Dengan kata lain, kamu bertaruh memenangkan
apa yang kamu anggap adalah kebenaran, tapi malah kehilangan sesuatu yang lebih
penting, sedangkan penyesalan di akhir tidak ada gunanya.
Masing-masing hal ada kadar kepentingannya. Janganlah
gara-gara bertaruh mati-matian untuk sebuah prinsip kebenaran itu, tapi
akhirnya malah menyesal, sudahlah terlambat.
Dalam hidup ini, ada kalanya hal-hal tertentu tidak perlu
dipertaruhkan. Mundur selangkah, kadangkala bisa mendapatkan kebaikan yang
lebih bermanfaat bagi semua orang.
Di lain pihak, jika kita bersikeras melawan arus. Mungkin
saja kita bisa menang, tapi sebenarnya disadari atau tidak, kita juga kalah.
Bersikeras melawan atasan. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga.
Bersikeras melawan teman. Kita menang, tapi sebenarnya kita juga kalah.
Sekali
lagi, yang perlu kita tanamkan dalam hati adalah sebuah konsep bahwa
Semoga dapat bermanfaat… :)kemenangan bukanlah soal medali, tapi terlebih utama adalah kemenangan terhadap diri dan lebih penting lagi adalah kemenangan di dalam hati, serta yang lebih mulia dari itu semua adalah kemenangan mendapatkan ridho dari Allah SWT. InsyaAllah…
…::salam dari hati ke hati::…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar