Mungkin ada sebagian dari sobat yang sudah pernah membaca cerita pendek ini. Biar pendek namun cerita yang bagus menurutku. Bagus karena ada pesan mulia secara tersirat yang ingin disampaikan kepada para pembaca. Jadi, jika mungkin ada sobat yang belum sempat membaca, bisa membacanya disini. Cerita sepenuh cinta dari Ustadz Salim A. Fillah yang semoga dapat bermanfaat bagi sobat sekalian yang budiman. Let's check it out!
Dari balik tabir,
kudengarkan wanita itu bicara mengisahkan pengalaman yang akan menjadi guru.
“aku bertemu dua lelaki”,
dia memulai cerita dengan suara lembut, riang, sekaligus sendu aku menerka
demikian pula wajahnya
“kurasa dua-duanya mampu
membuatku tak bisa menolak jika mereka punya kehendak”
“oh ya?”, kudengarkan
sambil dalam hati mengucap “Rabbi..”
“lelaki pertama berparas
titisan Yusuf, hartanya warisan sulaiman, gagahnya serupa musa”
wanita itu berhenti,
sejenak menghela nafasnya, aku menggigit bibir dan mendalamkan tundukku.
“dan tahukah kau”,
suaranya cekat kini,
“setelah bicara padanya,
aku pulang terpesona, merasa telah berjumpa dengan lelaki paling rupawan bercakap
dengan insan paling bijaksana”
aku tak ingin tahu lebih
banyak, jadi kutanyakan padanya tentang lelaki kedua dan sepertinya dia
tersenyum.
“Seusai berbincang dengan
lelaki kedua”, katanya,
“aku pulang dengan
bahagia, merasa penuh pesona, merasa menjadi wanita paling jelita, merasa
diriku perempuan paling cendikia”
“jadi di antara mereka”,
tanyaku sambil mengepalkan jemari
“siapa yang lebih tampan,
siapa yang lebih mengagumkan?”
kurasa dia tersenyum
lagi, menertawakanku barangkali.
“laki- laki pertama lebih
mencintai dirinya sendiri dia bersukacita saat menebarkan pesona dia bahagia
ketika banyak hati memujanya. Laki-laki kedua mempesona bukan karena dirinya, daya
pikatnya ada pada perhatiannya, yang membuatku merasa ada, merasa bermakna,
merasa berharga”
“Jadi”, aku menyimpulkan
perlahan, “Kau memilih yang kedua?”
dia tersenyum lagi, “Aku
telah mendapatkan yang ketiga”
“Laki-laki suci; yang
memuliakanku dengan menikahiku, dia menjaga kesuciannya dengan pernikahan, dia
menjaga pernikahannya dengan kesucian, dia berupaya untuk mempunyai pesona
lelaki pertama, tanpa mengumbarnya, dia belajar memiliki pesona lelaki kedua
untuk mengagungkan isterinya, meski jauh dari sempurna, dia mengingatkanku pada
sabda Sang Nabi; sebaik-baik lelaki adalah yang paling memuliakan perempuan”
aku tersenyum kini,
“tunggu, apakah engkau ini isteriku?”
sepenuh cinta,
Salim A. Fillahsumber: http://salimafillah.com/rahasia-dua-lelaki/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar