Libur tlah tiba, libur tlah tiba,
Hore, hore, hatiku gembira… ^_^
Itu
mah lagunya anak-anak. Lagu aku jaman masih anak-anak dulu, mungkin juga
lagunya Sobat sekalian semasa masih unyu-unyu V^_~. Hmm, saat libur kayak gini
enaknya ngapain yah? update blog dulu lah, biar silaturrahmi dengan pembaca
setiaku tetap terjaga (baca pembaca setiaku ya diriku sendiri, hehe). Ya,
itung-itung untuk menjaga atmosfir menulis, meski masih bersifat “dari aku oleh aku dan untuk aku sendiri”,
keren kan jargonnya? Maklum, motivasi bagi penulis pemula sepertiku ini.
Menulis
yang seperti ini adalah salah satu life
style aku, biar kagak ada teman, biar sendiri, biar dikata suka bertapa, asal
masih bisa menulis, aku bisa menciptakan duniaku sendiri, dunia dalam coretan. Tapi,
tentunya coretan yang bukan sekedar “nyampah”
di musim liburan loh! hehe… ^_^
By the way, anyway, bus way, Sobat sekalian yang lagi pada liburan sekarang ini beneran
mau ikutan baca coretanku dalam episode “Liburan, bukan sekedar nyampah” ini? Eits! tidak semudah itu...
Warning!
- Jangan dilanjutkan membaca jika Sobat tidak ingin menambah pengetahuan di musim liburan seperti sekarang.
- Harus dihabiskan saat membaca, atau dengan kata lain, harus dibaca sampai selesai. Karena jika tidak selesai membacanya, ilmu yang Sobat dapatkan dijamin kurang maksimal.
- Ambil posisi duduk yang enak dan nyaman, lalu bersabar dan penuh semangat dalam membaca sampai selesai. Karena coretan ini agak panjang. ^_~
- Jika efek samping berlanjut, silakan bersyukur. Allah membantu membukakan pintu hati Sobat sekalian melalui coretanku ini. Namun, jika tidak ada efek samping berlanjut, mungkin aku yang ke-pede-an, ^_~ atau Allah yang belum membukakan pintu buat Sobat. Hiii... serem... Semoga tidak yah, hehe.. peace ^^
Gimana,
sudah siapkah sekarang? Ok, pasang sabuk pengamannya, lalu tancap gasnya… Mari
kita mulai perjalanan dalam episode "Liburan, bukan sekedar nyampah".
Jangan lupa baca basmalah terlebih dahulu… :)
Saat
musim liburan tiba, apalagi musim libur lebaran, pasti seneng banget. Secara,
kita sekeluarga bisa silaturrahmi ke tempat saudara-saudara. Bisa ngumpul
bersama keluarga besar. Pamanku yang dari Aceh pun datang, yah, namanya juga
moment idul fitri. Tapi sekarang pamanku yang di Aceh udah pindah ke Jawa,
Alhamdulillah sebelum tsunami tahun 2004. Jadi, tidak perlu nunggu moment
lebaran klo mau ketemuan, karena sama-sama di Jawa, kapanpun bisa. Kalo misal
masih di luar Jawa, juga bisa kapanpun ketemuan sih, hehe.. Aku yakin, begitu
juga yang sobat rasain saat moment libur lebaran, berkumpul dengan keluarga
besar. Yang saling terpisah-pisah dapat disatukan dan dipertemukan dalam moment
yang hanya datang sekali dalam satu tahun, Idul Fitri.
Eniwei,
ngomongin lebaran, jadi inget lebaran kemarin, tahun 2011, posisi ku berada di tanah
Sriwijaya, Palembang, Sumsel. Itu adalah pengalaman pertamaku lebaran di tanah
perantauan. Mungkin juga ada banyak sobat yang mengalami nasib yang sama,
lebaran di perantauan terpisah dari keluarga terkasih.
“Gimana rasanya?”
samar-samar ada yang berbisik.
“hmm, jangan tanya rasanya, yang
pasti sesuatu banged, hehe… Sudah di kamar sendirian (karena roomateku saat itu
pada pulkam, maklum di mess pasca sepi, sebagai pendatang yang baru beberapa hari
belum dapat banyak relasi), parahnya pake internet dimatikan lagi, huaa…
lengkap sudah 1 paket, bener-bener sesuatu banged kan?, cuman bisa telpon
keluarga sambil nangis, dipuas-puasin nangisnya mumpung sendirian di kamar,
haha…” pengalaman yang unik deh (menurutku sih, klo ga ya cukup
garuk-garuk kening ajah, ^^).
Gimana kagak unik? moment lebaran
adalah moment dimana kita bisa nyium dan peluk Bapak Ibu, moment untuk
meleburkan segala khilaf dan dosa, moment untuk mencari keridhoan Allah melalui
keridhoan orang tua, moment untuk merasakan hangatnya kasih sayang orang tua,
namun saat itu kita kagak bisa.
Saat
itu aku hanya bisa denger suaranya doank dari jarak jauh… Hmm, jadi, wajarlah
kalo aku nangis. “Sekali-kali cengeng ga
apa-apa kan? Hehe, jadi pingin malu, tapi jangan diketawin ya, baru proses
belajar nih Sob, ^^. Kalo boleh jujur
nih, saat nulis ini pun aku sedang kangen berat sama orang tua di rumah, tapi
kagak pake nangis loh, cuman netes aja nih air mata, itu juga cuman dikit,
belum dikategorikan cengeng kan?” (sorry, curcol.com). ;)
Alhamdulillah, itulah
yang dinamakan salah satu dinamika hidup yang penuh warna. Harus selalu bersyukur
atas setiap episode yang dihadirkan Allah untuk kita. Karena hidup itu sendiri
sesungguhnya adalah sebuah anugerah. Hidup memang penuh warna. Itung-itung buat
nambah koleksi warna pengalaman dalam hidup yang hanya sekali ini. Meski mungkin
itu tak seberapa bagi sebagian orang yang sudah biasa hidup merantau, tapi bagi
siapapun yang belum terbiasa, termasuk aku yang kayak gini nih,
“maksudnya yang kayak gimana?” ada
yang berbisik lagi di sebelah.
“Ya gitu deh, privasi lah,
intinya begitu, bisa dibayangin sendiri, tapi jangan bayangin yang bukan-bukan
loh! awas!” (dengan nada mengancam.com). ^_~
Pengalaman
itu adalah hal yang luar biasa banged. Apalagi untuk pertama kalinya. Hmm,
semakin ku yakini saja bahwa memang benar, everything has it’s first time, selalu
ada yang pertama dalam hidup. Jika sudah pernah melalui yang pertama,
InsyaAllah ke depannya sudah punya modal pengalaman.
“Pengalaman merantau luar pulau maksudnya?”
Hehe… ada yang berbisik lagi di sebelah.
Ok,
termasuk pengalaman dalam menghadapi hal yang seperti ini. Eits, tapi ada satu
hal yang memang harus pertama dan satu-satunya dalam
hidup, InsyaAllah… ;)
“Hmm, apaan tuh?” lagi-lagi ada yang
berbisik di sebelah.
“Biarkan hati yang berpikir”
jawabku.
Karena
sering banget dia berbisik, aku tengokin ajah, dan ternyata dia adalah si cicak
di dinding yang juga sendiri. Rupanya dia setia menemaniku, termasuk saat
corat-coret ini. Hehe, dia tidak tahu, kalo aku sebenarnya paling takut sama
dia. “Hii… seremmm, geli lihatnya”. :)
Hmm,
saat liburan ngapain aja ya? Termasuk hari ini, kadang agak bingung juga jika
harus menghadapi liburan panjang. Ritual-ritual sudah dikerjakan semua, seperti
bersih-bersih, jalan ke pasar, memasak
masakan favorit (masak-masak sendiri lalu dimakan sendiri, hehe… maklum baru
belajar masak), baca berita, baca-baca buku (kasihan udah dibeli dianggurin ^^),
dengerin ceramah keagamaan (ada beberapa video ceramah yang ok dari temen, semoga bisa berkah), update blog (klo lagi mood ajah), update status (klo yang ini mah kagak perlu
nunggu libur juga bisa :)), ngerjain tugas (klo ada tugas yang belum kelar), or corat-coret apa ajah yang ingin dicoretkan. Atau alternatif lain jalan ke perpus or gramedia, ikut seminar or bedah buku (klo pas ada), ikut kajian (klo pas jadwalnya),
or bisa juga jalan-jalan ke tempat yang unik (hati-hati nyasar klo pergi sendirian, pengalaman pribadi, hehe).
“Terus apa lagi ya?” tak ku
dengar dia berbisik, rupanya dia tahu kalo aku takut sama dia, lalu dia
beranjak pergi, kasihan juga sebenarnya… V^_^
Pernah
kadang aku cuman baca-baca artikel di FB, karena ada beberapa teman yang
sharing info bermanfaat, baik tentang pembelajaran, or status/artikel islami, or tulisan pengalamannya yang luar biasa
untuk membakar semangat, or bisa juga
baca di blog-blog yang menyajikan banyak info bermanfaat, lumayanlah buat
tambah informasi. Karena aku percaya, everyday
is miracle, setiap hari pasti akan selalu ada hal baru yang bisa kita pelajari.
Akan selalu ada ilmu yang bisa kita dapatkan, entah dari orang-orang sekitar, or dari fenomena di sekitar, or dari bacaan yang sedang kita lahap
saat ini (narsis.com ^_~).
Selain
itu, kita juga bisa berbagi dengan kawan-kawan. Sebaik-baik manusia adalah yang paling
bermanfaat bagi sesamanya. Seperti disebutkan dalam sebuah hadist,
Diriwayatkan dari Jabir berkata, ”Rasulullah SAW bersabda, “Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR. Thabrani dan Daruquthni).
Berbagi
disini tidak selalu diartikan dalam bentuk materi. Tetapi, berbagi apa saja
yang bermanfaat, termasuk berbagi info, atau bisa juga dalam bentuk tulisan,
salah satunya coretan yang sedang sobat baca sekarang ini (lagi-lagi narsis.com, hehe), insyaAllah. Karena tulisan yang bagus buatku adalah tulisan yang membawa efek
potensial untuk menyadarkan hati siapa saja yang sedang terlena atau down, tulisan yang berisi kebenaran, dan
ajaran ilmu Allah bisa dijadikan sebagai jalan membuka pintu hidayah bagi
temen-temen yang membacanya. Dan jika itu berupa ajakan untuk beribadah, berupa
amal kebajikan dan berpahala, Allah akan memberikan pahala juga bagi kita yang
mengajaknya, meski tanpa kita katahui. Hal ini juga secara tegas tertulis dalam
Al-Quran,
"And let there be (arising) from you a nation inviting to (all that is) good, enjoining what is right and forbidding what is wrong, and those will be the successful" (QS. Ali Imran: 104).
Atau
dalam bahasa seperti ini,
“Hendaklah ada di antara kamu satu golongan yang menyeru kepada kebaikan (ajaran Islam) dan menyuruh kepada yang makruf dan melarang dari yang mungkar. Merekalah yakni orang-orang yang menyeru, yang menyuruh dan yang melarang tadi adalah orang-orang yang beruntung atau berbahagia” (QS. Ali Imran: 104).
Jadi,
“sudah jelas kan?” Apa lagi yang
membuat kita ragu, luruskan niat. Satu lagi yang memotivasiku untuk menulis
(dalam hal ini update status di FB or twitter) atau sekedar corat coret di blog
pribadiku ini (baca blog pribadi karena aku ada dua blog lagi selain ini, yaitu
blog pribadi yang berisi matematika dan blog institusi, silakan sobat yang mau
mengunjungi, gratis, promosi.com, hehe), dia adalah sobatku. Ada beberapa sobat
setiaku yang menganjurkan aku untuk tetap update status dan corat-coret,
tentunya status dan coretan yang bagus dunk, yang “bukan sekedar nyampah”.
Mereka selalu menunggu status update
ku setiap harinya. Karena, menurut mereka, coretan itu dapat memotivasi mereka
yang kadang juga dalam kondisi down,
keimanan sedang labil, dan sebagainya. Klo boleh jujur nih, kadang aku juga
demikian loh, makannya kita sama yah Sobat2ku dimanapun berada. Cheers… :)
Bahkan
suatu hari, ada yang memberi pengakuan secara sadar dan tidak dibuat-buat, ada
diantara mereka tersentuh lalu menangis saat membaca coretanku. Padahal aku kan
tidak bermaksud seperti itu, karena aku sekedar sharing aja, sesuatu yang terlintas dan menjadi pembelajaran bagi
diriku sendiri saat itu. Nah, ternyata begitu, ada efek potensial yang positif
ternyata. Baru aku sadari, dan membuatku untuk tetep menekuni jalan dakwah ini.
Jalan cinta para pejuang, InsyaAllah.
Meski niatan pertama ingin menjadi da’i bagi diriku sendiri, tapi jika ada
sobat yang tak sengaja ikut tersentuh, Alhamdulillah,
hanya Allah yang punya kuasa untuk membolak-balikkan hati, termasuk juga membuka pintu hati manusia. Seperti telah
disebutkan dalam hadist,
Dari Abu Musa r.a. berkata: Nabi SAW
bersabda,
"Perumpamaan petunjuk dan ilmu yang diberikan oleh Allah kepadaku bagaikan hujan yang turun ke tanah, maka ada sebagian tanah yang subur, yang dapat menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan rumput yang banyak sekali. Dan adapula tanah yang keras menahan air, hingga berguna untuk minuman dan penyiraman kebun tanaman. Dan ada sebagian tanah yang keras kering tidak dapat menahan air dan tidak pula menumbuhkan tumbuh-tumbuhan. Demikianlah perumpamaan orang yang pandai dalam agama Allah dan mempergunakan apa yang diberikan Allah kepadaku, lalu mengajarkannya dan perumpamaan orang yang tidak dapat menerima petunjuk Allah yang telah ditugaskan kepadaku" (HR. Bukhari Muslim)
Semoga kita semua termasuk golongan hamba
yang mudah tersentuh dan terbuka pintu hati kita untuk menerima segala
kebenaran dan ilmu Allah, dan diberi petunjuk dan kekuatan untuk segera
bertaubat jika melakukan segala kekhilafan, serta dapat menjadi insan yang
turut menyebarkan ilmu Allah kepada saudara-saudara seiman kita dimanapun
berada. Aamiin… Jadikanlah
diri kita menjadi jalan limpahan karunia Allah SWT yang menyebar kepada
makhluk-Nya.
Sampaikanlah walau satu ayat. Semangat itulah yang memotivasiku untuk selalu update status di FB setiap hari. Padahal dulu aku paling antipati sama yang namanya jejaring sosial begituan, kagak penting. Dan rupanya sekarang sudah bergesar. Entah sejak kapan aku juga tidak tahu tepatnya. Yang pasti sejak aku ikut kajian, dan aku membaca artikel menarik suatu hari yang aku juga lupa tepatnya tanggal berapa (tanggal kagak penting kan?), bahwa kita semua adalah da’i, minimal da’i bagi diri kita sendiri. Selanjutnya da’i bagi orang-orang di sekitar kita. Barang siapa yang mengetahui suatu kebenaran, sekecil apapun itu harus disampaikan. Kita yang punya ilmu sekecil apapun itu haruslah bermanfaat dan diajarkan pada orang lain. Nah, sarana penyampai ilmu tersebut salah satunya adalah melalui tulisan.
Sampaikanlah walau satu ayat. Semangat itulah yang memotivasiku untuk selalu update status di FB setiap hari. Padahal dulu aku paling antipati sama yang namanya jejaring sosial begituan, kagak penting. Dan rupanya sekarang sudah bergesar. Entah sejak kapan aku juga tidak tahu tepatnya. Yang pasti sejak aku ikut kajian, dan aku membaca artikel menarik suatu hari yang aku juga lupa tepatnya tanggal berapa (tanggal kagak penting kan?), bahwa kita semua adalah da’i, minimal da’i bagi diri kita sendiri. Selanjutnya da’i bagi orang-orang di sekitar kita. Barang siapa yang mengetahui suatu kebenaran, sekecil apapun itu harus disampaikan. Kita yang punya ilmu sekecil apapun itu haruslah bermanfaat dan diajarkan pada orang lain. Nah, sarana penyampai ilmu tersebut salah satunya adalah melalui tulisan.
You
are what you write. Kamu
adalah apa yang kamu tulis. Jadi, menulislah sesuatu yang baik. Selain itu bisa
berpotensi untuk memberi sugesti positif pada diri sendiri, juga pada siapa
saja yang membaca. Pertama sih, jujur aku akui, agak sulit bagiku.
“Karena apa?” ada yang
berbisik lagi, “kirain sudah pergi, hehe…”
gumamku dalam hati.
Karena
pasti ada yang beranggapan kalo aku sekarang jadi “FB mania”, tiap hari buka FB. Hehe… “Dan itu sangatlah tidak mudah, karena mengarah pada konotasi negatif
kan?” Akhirnya, aku kuatkan diri sendiri untuk menghadapi prasangka
sebagian orang yang demikian tadi. Itu hanya asumsi dan penilaian sebagian
orang yang hanya melihat di permukaan saja. Mungkin sebagian sobat ada yang
sudah tahu, bahwa manusomentar yang keluar dari mereka juga tiada
lain hanya sebatas dari apa yang memang mereka ketahui saja, sebatas mana
tingkatan mereka sebagai manusia yang sama-sama sedang belajar dalam panggung
maha besar bernama kehidupan seperti kita ini. Pada dasarnya kita semua adalah
insan pembelajar, jadi tidak ada yang patut kita sombongkan. Belajar dan terus belajar. :)
Tidak
perlu risau atas penilaian manusia, karena yang Maha menilai adalah Allah. Asal niatan hati kita luruskan,
dan selanjutnya biarlah Allah saja yang menilai. Terlalu memperhatikan anggapan
dan penilaian manusia hanya akan meresahkan hati, bisa-bisa kena virus galau
lagi, hehe… ga, ga, ga mau…aku ga mau klo
sampai galau… (gaya intonasi cherry belle), kemudian dijawab oleh SM*SH, say no to galau… :)
Karena
bagiku, FB adalah sarana cukup bagus untuk berdakwah, lagi-lagi “bukan sekedar
nyampah”, tidak harus tatap muka, tapi ayat Allah bisa tersampaikan pada setiap
pembaca (bagi yang mengikuti dan membaca status dan coretan di blogku sih ^^).
Bayangkan saja, jaman sekarang, hampir semua lapisan masyarakat kenal sama si
FB. Wuiiih, keren kan si FB, terkenal banged dia… J, Apalagi bagi sobat yang punya temen FB banyaknya
bejibun, ribuan… itu bisa jadi ladang basah loh, prospektif banged. Meski punya
temen sebanyak itu juga tidak tahu bisa saling memberi manfaat ato ga, yang
penting mulailah dari diri sendiri, kita bisa berusaha untuk bermanfaat bagi
mereka.
Sebarkanlah
kebaikan meski hanya melalui barisan kata, karena dia akan memantul ke mana
saja termasuk kembali kepada diri kita sendiri. Seperti disebutkan dalam
hadist,
”Siapa saja yang pertama memberi contoh prilaku yang baik dalam Islam, maka ia mendapatkan pahala kebaikannya dan mendapatkan pahala orang-orang yang meniru perbuatannya itu tanpa dikurangi sedikitpun” (HR. Muslim).
Manfaatkanlah
teknologi, termasuk media jejaring sosial (FB, Twitter, blog, dan
antek-anteknya) untuk hal yang bermanfaat, untuk sesuatu amalan yang berpahala.
Jangan sebaliknya, dipake buat curhat kegalauan, atau bisa dibilang sekedar
“nyampah”, meski kadang kala aku juga iya, hehe… peace^^, tapi jangan terlalu seringlah, dikurangi sedikit demi
sedikit… (manasihati diri sendiri dan mengajak para pembaca agar lebih bijak
menggunakan FB ataupun jejaring sosial lainnya.., :)) Pernah
suatu hari aku update status begini,
Perkataan, status, atau barisan
kata yang terbaik bukanlah yang paling banyak mendapat jumlah ‘like’ atau
lambungan pujian. Tetapi, yg terbaik adalah perkataan/barisan kata yang
mempunyai efek potensial pada hati, dapat menyentuh, mencetuskan inspirasi,
mengejutkan diri yang terlena untuk senantiasa mendekatkan diri kepada Allah,
dan mengingatkan bahwa segala kebenaran datang semata dari Allah… Setelah
aku pikir ulang, hal itu bener juga. Kalo benar, itu artinya tidak salah… Loh
kok? bingung ya? ^_^
“Undzur maa qoola, walaa tandzur man qoola >> Lihatlah apa yang dikatakan dan janganlah melihat siapa yang mengatakan” (Ali bin Abi Thalib r.a.).
Setiap
mendengar atau membaca tulisan, lihatlah isinya, jangan melihat siapa yang
berkata atau yang menulis. Karena ilmu Allah bisa kita dapatkan melalui
perantara apa saja. Termasuk juga melalui orang-orang yang Allah hadirkan dalam
kehidupan kita. Bahkan tidak menutup kemungkinan, aku salah satunya yang hadir dalam kehidupan Sobat sekalian dimanapun berada (lagi-lagi narsis.com kambuh). V^_~
When someone comes into your
life, Allah sent them for a reason. Either to learn from them or to be with
them until the end...
Alhamdulillah… puji
syukur tiada terkira, aku akui, banyak sekali kesempatan yang Allah berikan
padaku untuk belajar dari orang-orang yang hadir dalam kehidupanku. Sahabat-sahabat baikku tentunya. Kadang kala
aku masih belum tahu apa maksud Allah mengirimkan mereka silih berganti dalam
kehidupanku. Kadangkala saat sendiri seperti sekarang, saat mereka yang pernah
hadir dan turut mewarnai hari-hariku sudah berpindah tempat, kami sudah
berpisah untuk melanjutkan kehidupan masing-masing, saat itulah aku mulai
merenung. Apa sebenarnya maksud Allah mengirimkan mereka untukku. “Kenapa bukan yang lain saja? Kenapa mesti
mereka?” Pertanyaan kecil yang
kadang melintas dipikiranku dalam zona telaga perenungan yang memang sengaja aku hadirkan sendiri.
Dan
perlahan aku temui jawabnya, tiada lain tiada bukan adalah karena Allah sedang
mengirimkan/mengajarkan ilmu-Nya kepada ku melalui perantara mereka. Ilmu kehidupan yang
tidak dijumpai dalam pendidikan formal, seperti di sekolah or universitas. Tetapi benar-benar ilmu yang diperoleh dalam
panggung maha besar bernama 'kehidupan'.
Langsung
ku bertanya, “apa beda ilmu di
universitas or sekolah dengan ilmu di panggung kehidupan?” dan karena sudah
melalui proses analisis dalam zona perenungan, aku jawab sendiri tuh
pertanyaan, “bedanya adalah, jika ilmu di
universitas, kita dapatkan meterinya/teorinya lebih dulu barulah kita dapat
ujian. Tetapi, jika ilmu Allah di panggung kehidupan, kita akan dapat ujian
terlebih dahulu, barulah kita dapat makna/hikmah/pelajaran/teori yang
sebenarnya ingin Allah ajarkan kepada kita, jika kita dapat melalui/lulus dalam
ujian itu maka kita bisa naik kelas” yah, kira-kira begitulah perbedaan
yang cukup signifikan. Dan orang-orang yang dikirim Allah untuk kita, tentunya
dengan berbagai karakter. Merekalah yang dapat membentuk kita menjadi pribadi
yang seperti sekarang ini, yang kita jumpai pada diri kita masing-masing.
Coba,
tanyakan pada rumput yang bergoyang. Upz, bukan, maksudnya tanyakan pada diri sobat sekalian, “pribadi yang
seperti apa yang ingin sobat bentuk dan sekarang sudah sampai tahap apa dalam
proses pembentukan itu? Biarkan hati
yang berpikir”. Oleh karena itu, pandai-pandailah dalam memilih teman,
apalagi sahabat. Karena tak dapat dipungkiri, lingkungan cukup memberi andil besar dalam membentuk kepribadian kita.
Menurut
Imam Syafi’i,
“Setiap manusia mempunyai orang yang dicintai dan yang dibenci. Tapi bagimu, jika ada maka berkumpullah kamu dengan orang-orang yang bertaqwa”.
Hal ini juga senada dengan yang dikatakan oleh sahabat Umar ibn
Al-Khattab r.a.,
"Sit with those who love God, for that enlightens the mind"
Karena
dengan mempunyai sahabat yang shalih/shalihah bisa saling mengingatkan. Sudah
jadi rahasia umum bahwa hati dan keimanan kita sangat fluktuatif, setan di
mana-mana dan tak pernah lelah meluncurkan serangan bertubi-tubi. Semakin kita
taat pada Allah, semakin tinggi level kelas setan yang dikirimkan untuk kita,
kelas kakap mungkin. Hehe. Jadi, bergaullah dengan sahabat yang shalih/shalihah. Bergaul
dengan teman yang shalih/shalihah akan berimbas juga kebaikan itu pada diri kita.
Nabi
SAW mengingatkan:
“Perumpamaan teman yang shalih dengan yang buruk itu seperti penjual minyak wangi dan tukang pandai besi. Berteman dengan penjual minyak wangi akan membuatmu harum karena kamubisa membeli minyak wangi darinya atau sekurang-kurangnya mencium ban wanginya. Sementara berteman dengan pandai besi akan membakar badan dan bajumu atau kamu hanya akan mendapatkan bau tidak sedap“ (HR.Bukhari & Muslim).
Ok,
sobatku sekalian, sekian dulu yah coretanku dalam episode “Liburan, Bukan Sekedar Nyampah”.
Semoga setelah membaca coretan ini, ada efek berlanjut dan dapat turut memberi
sedikit inspirasi untuk mengisi hari-hari yang mungkin sedang kosong dengan amalan yang lebih
bermanfaat, salah satunya dengan membuat/membaca coretan yang "bukan sekedar nyampah".
Semoga
bermanfaat, Cheers… :)
…::salam
dari hati ke hati::…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar