Senin, 25 Juni 2012

Liburan, Bukan Sekedar Nyampah

Libur tlah tiba, libur tlah tiba,
Hore, hore, hatiku gembira… ^_^
Itu mah lagunya anak-anak. Lagu aku jaman masih anak-anak dulu, mungkin juga lagunya Sobat sekalian semasa masih unyu-unyu V^_~. Hmm, saat libur kayak gini enaknya ngapain yah? update blog dulu lah, biar silaturrahmi dengan pembaca setiaku tetap terjaga (baca pembaca setiaku ya diriku sendiri, hehe). Ya, itung-itung untuk menjaga atmosfir menulis, meski masih bersifat “dari aku oleh aku dan untuk aku sendiri”, keren kan jargonnya? Maklum, motivasi bagi penulis pemula sepertiku ini.
Menulis yang seperti ini adalah salah satu life style aku, biar kagak ada teman, biar sendiri, biar dikata suka bertapa, asal masih bisa menulis, aku bisa menciptakan duniaku sendiri, dunia dalam coretan. Tapi, tentunya coretan yang bukan sekedar “nyampah” di musim liburan loh! hehe… ^_^
By the way, anyway, bus way, Sobat sekalian yang lagi pada liburan sekarang ini beneran mau ikutan baca coretanku dalam episode “Liburan, bukan sekedar nyampah ini? Eits! tidak semudah itu...
Warning!
  1. Jangan dilanjutkan membaca jika Sobat tidak ingin menambah pengetahuan di musim liburan seperti sekarang.
  2. Harus dihabiskan saat membaca, atau dengan kata lain, harus dibaca sampai selesai. Karena jika tidak selesai membacanya, ilmu yang Sobat dapatkan dijamin kurang maksimal.  
  3. Ambil posisi duduk yang enak dan nyaman, lalu bersabar dan penuh semangat dalam membaca sampai selesai. Karena coretan ini agak panjang. ^_~
  4. Jika efek samping berlanjut, silakan bersyukur. Allah membantu membukakan pintu hati Sobat sekalian melalui coretanku ini. Namun, jika tidak ada efek samping berlanjut, mungkin aku yang ke-pede-an, ^_~ atau Allah yang belum membukakan pintu buat Sobat. Hiii... serem... Semoga tidak yah, hehe.. peace ^^
Gimana, sudah siapkah sekarang? Ok, pasang sabuk pengamannya, lalu tancap gasnya… Mari kita mulai perjalanan dalam episode "Liburan, bukan sekedar nyampah". Jangan lupa baca basmalah terlebih dahulu… :)


Saat musim liburan tiba, apalagi musim libur lebaran, pasti seneng banget. Secara, kita sekeluarga bisa silaturrahmi ke tempat saudara-saudara. Bisa ngumpul bersama keluarga besar. Pamanku yang dari Aceh pun datang, yah, namanya juga moment idul fitri. Tapi sekarang pamanku yang di Aceh udah pindah ke Jawa, Alhamdulillah sebelum tsunami tahun 2004. Jadi, tidak perlu nunggu moment lebaran klo mau ketemuan, karena sama-sama di Jawa, kapanpun bisa. Kalo misal masih di luar Jawa, juga bisa kapanpun ketemuan sih, hehe.. Aku yakin, begitu juga yang sobat rasain saat moment libur lebaran, berkumpul dengan keluarga besar. Yang saling terpisah-pisah dapat disatukan dan dipertemukan dalam moment yang hanya datang sekali dalam satu tahun, Idul Fitri.
Eniwei, ngomongin lebaran, jadi inget lebaran kemarin, tahun 2011, posisi ku berada di tanah Sriwijaya, Palembang, Sumsel. Itu adalah pengalaman pertamaku lebaran di tanah perantauan. Mungkin juga ada banyak sobat yang mengalami nasib yang sama, lebaran di perantauan terpisah dari keluarga terkasih.
“Gimana rasanya?” samar-samar ada yang berbisik.
“hmm, jangan tanya rasanya, yang pasti sesuatu banged, hehe… Sudah di kamar sendirian (karena roomateku saat itu pada pulkam, maklum di mess pasca sepi, sebagai pendatang yang baru beberapa hari belum dapat banyak relasi), parahnya pake internet dimatikan lagi, huaa… lengkap sudah 1 paket, bener-bener sesuatu banged kan?, cuman bisa telpon keluarga sambil nangis, dipuas-puasin nangisnya mumpung sendirian di kamar, haha…” pengalaman yang unik deh (menurutku sih, klo ga ya cukup garuk-garuk kening ajah, ^^).
Gimana kagak unik? moment lebaran adalah moment dimana kita bisa nyium dan peluk Bapak Ibu, moment untuk meleburkan segala khilaf dan dosa, moment untuk mencari keridhoan Allah melalui keridhoan orang tua, moment untuk merasakan hangatnya kasih sayang orang tua, namun saat itu kita kagak bisa.
Saat itu aku hanya bisa denger suaranya doank dari jarak jauh… Hmm, jadi, wajarlah kalo aku nangis. “Sekali-kali cengeng ga apa-apa kan? Hehe, jadi pingin malu, tapi jangan diketawin ya, baru proses belajar nih Sob, ^^. Kalo boleh jujur nih, saat nulis ini pun aku sedang kangen berat sama orang tua di rumah, tapi kagak pake nangis loh, cuman netes aja nih air mata, itu juga cuman dikit, belum dikategorikan cengeng kan?” (sorry, curcol.com). ;)
Alhamdulillah, itulah yang dinamakan salah satu dinamika hidup yang penuh warna. Harus selalu bersyukur atas setiap episode yang dihadirkan Allah untuk kita. Karena hidup itu sendiri sesungguhnya adalah sebuah anugerah. Hidup memang penuh warna. Itung-itung buat nambah koleksi warna pengalaman dalam hidup yang hanya sekali ini. Meski mungkin itu tak seberapa bagi sebagian orang yang sudah biasa hidup merantau, tapi bagi siapapun yang belum terbiasa, termasuk aku yang kayak gini nih,
“maksudnya yang kayak gimana?” ada yang berbisik lagi di sebelah.
“Ya gitu deh, privasi lah, intinya begitu, bisa dibayangin sendiri, tapi jangan bayangin yang bukan-bukan loh! awas!” (dengan nada mengancam.com). ^_~
Pengalaman itu adalah hal yang luar biasa banged. Apalagi untuk pertama kalinya. Hmm, semakin ku yakini saja bahwa memang benar, everything has it’s first time, selalu ada yang pertama dalam hidup. Jika sudah pernah melalui yang pertama, InsyaAllah ke depannya sudah punya modal pengalaman.
Pengalaman merantau luar pulau maksudnya?” Hehe… ada yang berbisik lagi di sebelah.
Ok, termasuk pengalaman dalam menghadapi hal yang seperti ini. Eits, tapi ada satu hal yang memang harus pertama dan satu-satunya dalam hidup, InsyaAllah… ;)
Hmm, apaan tuh?” lagi-lagi ada yang berbisik di sebelah.
“Biarkan hati yang berpikir” jawabku. 
Karena sering banget dia berbisik, aku tengokin ajah, dan ternyata dia adalah si cicak di dinding yang juga sendiri. Rupanya dia setia menemaniku, termasuk saat corat-coret ini. Hehe, dia tidak tahu, kalo aku sebenarnya paling takut sama dia. “Hii… seremmm, geli lihatnya”. :)
Hmm, saat liburan ngapain aja ya? Termasuk hari ini, kadang agak bingung juga jika harus menghadapi liburan panjang. Ritual-ritual sudah dikerjakan semua, seperti  bersih-bersih, jalan ke pasar, memasak masakan favorit (masak-masak sendiri lalu dimakan sendiri, hehe… maklum baru belajar masak), baca berita, baca-baca buku (kasihan udah dibeli dianggurin ^^), dengerin ceramah keagamaan (ada beberapa video ceramah yang ok dari temen, semoga bisa berkah), update blog (klo lagi mood ajah), update status (klo yang ini mah kagak perlu nunggu libur juga bisa :)), ngerjain tugas (klo ada tugas yang belum kelar), or corat-coret apa ajah yang ingin dicoretkan. Atau alternatif lain jalan ke perpus or gramedia, ikut seminar or  bedah buku (klo pas ada), ikut kajian (klo pas jadwalnya), or bisa juga jalan-jalan ke tempat yang unik (hati-hati nyasar klo pergi sendirian, pengalaman pribadi, hehe).
“Terus apa lagi ya?” tak ku dengar dia berbisik, rupanya dia tahu kalo aku takut sama dia, lalu dia beranjak pergi, kasihan juga sebenarnya… V^_^
Pernah kadang aku cuman baca-baca artikel di FB, karena ada beberapa teman yang sharing info bermanfaat, baik tentang pembelajaran, or status/artikel islami, or tulisan pengalamannya yang luar biasa untuk membakar semangat, or bisa juga baca di blog-blog yang menyajikan banyak info bermanfaat, lumayanlah buat tambah informasi. Karena aku percaya, everyday is miracle, setiap hari pasti akan selalu ada hal baru yang bisa kita pelajari. Akan selalu ada ilmu yang bisa kita dapatkan, entah dari orang-orang sekitar, or dari fenomena di sekitar, or dari bacaan yang sedang kita lahap saat ini (narsis.com ^_~).
Selain itu, kita juga bisa berbagi dengan kawan-kawan. Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesamanya. Seperti disebutkan dalam sebuah hadist,
Diriwayatkan dari Jabir berkata, ”Rasulullah SAW bersabda, “Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR. Thabrani dan Daruquthni).
Berbagi disini tidak selalu diartikan dalam bentuk materi. Tetapi, berbagi apa saja yang bermanfaat, termasuk berbagi info, atau bisa juga dalam bentuk tulisan, salah satunya coretan yang sedang sobat baca sekarang ini (lagi-lagi narsis.com, hehe), insyaAllah. Karena tulisan yang bagus buatku adalah tulisan yang membawa efek potensial untuk menyadarkan hati siapa saja yang sedang terlena atau down, tulisan yang berisi kebenaran, dan ajaran ilmu Allah bisa dijadikan sebagai jalan membuka pintu hidayah bagi temen-temen yang membacanya. Dan jika itu berupa ajakan untuk beribadah, berupa amal kebajikan dan berpahala, Allah akan memberikan pahala juga bagi kita yang mengajaknya, meski tanpa kita katahui. Hal ini juga secara tegas tertulis dalam Al-Quran,
"And let there be (arising) from you a nation inviting to (all that is) good, enjoining what is right and forbidding what is wrong, and those will be the successful" (QS. Ali Imran: 104)
Atau dalam bahasa seperti ini, 
Hendaklah ada di antara kamu satu golongan yang menyeru kepada kebaikan (ajaran Islam) dan menyuruh kepada yang makruf dan melarang dari yang mungkar. Merekalah yakni orang-orang yang menyeru, yang menyuruh dan yang melarang tadi adalah orang-orang yang beruntung atau berbahagia” (QS. Ali Imran: 104).
Jadi, “sudah jelas kan?” Apa lagi yang membuat kita ragu, luruskan niat. Satu lagi yang memotivasiku untuk menulis (dalam hal ini update status di FB or twitter) atau sekedar corat coret di blog pribadiku ini (baca blog pribadi karena aku ada dua blog lagi selain ini, yaitu blog pribadi yang berisi matematika dan blog institusi, silakan sobat yang mau mengunjungi, gratis, promosi.com, hehe), dia adalah sobatku. Ada beberapa sobat setiaku yang menganjurkan aku untuk tetap update status dan corat-coret, tentunya status dan coretan yang bagus dunk, yang “bukan sekedar nyampah”. Mereka selalu menunggu status update ku setiap harinya. Karena, menurut mereka, coretan itu dapat memotivasi mereka yang kadang juga dalam kondisi down, keimanan sedang labil, dan sebagainya. Klo boleh jujur nih, kadang aku juga demikian loh, makannya kita sama yah Sobat2ku dimanapun berada. Cheers… :)
Bahkan suatu hari, ada yang memberi pengakuan secara sadar dan tidak dibuat-buat, ada diantara mereka tersentuh lalu menangis saat membaca coretanku. Padahal aku kan tidak bermaksud seperti itu, karena aku sekedar sharing aja, sesuatu yang terlintas dan menjadi pembelajaran bagi diriku sendiri saat itu. Nah, ternyata begitu, ada efek potensial yang positif ternyata. Baru aku sadari, dan membuatku untuk tetep menekuni jalan dakwah ini. Jalan cinta para pejuang, InsyaAllah. Meski niatan pertama ingin menjadi da’i bagi diriku sendiri, tapi jika ada sobat yang tak sengaja ikut tersentuh, Alhamdulillah, hanya Allah yang punya kuasa untuk membolak-balikkan hati, termasuk juga  membuka pintu hati manusia. Seperti telah disebutkan dalam hadist,
Dari Abu Musa r.a. berkata: Nabi SAW bersabda, 
"Perumpamaan petunjuk dan ilmu yang diberikan oleh Allah kepadaku bagaikan hujan yang turun ke tanah, maka ada sebagian tanah yang subur, yang dapat menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan rumput yang banyak sekali. Dan adapula tanah yang keras menahan air, hingga berguna untuk minuman dan penyiraman kebun tanaman. Dan ada sebagian tanah yang keras kering tidak dapat menahan air dan tidak pula menumbuhkan tumbuh-tumbuhan. Demikianlah perumpamaan orang yang pandai dalam agama Allah dan mempergunakan apa yang diberikan Allah kepadaku, lalu mengajarkannya dan perumpamaan orang yang tidak dapat menerima petunjuk Allah yang telah ditugaskan kepadaku" (HR. Bukhari Muslim)
Semoga kita semua termasuk golongan hamba yang mudah tersentuh dan terbuka pintu hati kita untuk menerima segala kebenaran dan ilmu Allah, dan diberi petunjuk dan kekuatan untuk segera bertaubat jika melakukan segala kekhilafan, serta dapat menjadi insan yang turut menyebarkan ilmu Allah kepada saudara-saudara seiman kita dimanapun berada. Aamiin… Jadikanlah diri kita menjadi jalan limpahan karunia Allah SWT yang menyebar kepada makhluk-Nya.  

Sampaikanlah walau satu ayat. Semangat itulah yang memotivasiku untuk selalu update status di FB setiap hari. Padahal dulu aku paling antipati sama yang namanya jejaring sosial begituan, kagak penting. Dan rupanya sekarang sudah bergesar. Entah sejak kapan aku juga tidak tahu tepatnya. Yang pasti sejak aku ikut kajian, dan aku membaca artikel menarik suatu hari yang aku juga lupa tepatnya tanggal berapa (tanggal kagak penting kan?), bahwa kita semua adalah da’i, minimal da’i bagi diri kita sendiri. Selanjutnya da’i bagi orang-orang di sekitar kita. Barang siapa yang mengetahui suatu kebenaran, sekecil apapun itu harus disampaikan. Kita yang punya ilmu sekecil apapun itu haruslah bermanfaat dan diajarkan pada orang lain. Nah, sarana penyampai ilmu tersebut salah satunya adalah melalui tulisan.
You are what you write. Kamu adalah apa yang kamu tulis. Jadi, menulislah sesuatu yang baik. Selain itu bisa berpotensi untuk memberi sugesti positif pada diri sendiri, juga pada siapa saja yang membaca. Pertama sih, jujur aku akui, agak sulit bagiku.
“Karena apa?” ada yang berbisik lagi, “kirain sudah pergi, hehe…” gumamku dalam hati.
Karena pasti ada yang beranggapan kalo aku sekarang jadi “FB mania”, tiap hari buka FB. Hehe… “Dan itu sangatlah tidak mudah, karena mengarah pada konotasi negatif kan?” Akhirnya, aku kuatkan diri sendiri untuk menghadapi prasangka sebagian orang yang demikian tadi. Itu hanya asumsi dan penilaian sebagian orang yang hanya melihat di permukaan saja. Mungkin sebagian sobat ada yang sudah tahu, bahwa manusia itu dibagi menjadi 3 tingkatan: tingkatan mata, tingkatan otak, dan tingkatan hati. Tingkatan inilah yang ikut menentukan juga mengenai tipe komentar yang mereka berikan. Jadi, apapun komentar yang keluar dari mereka juga tiada lain hanya sebatas dari apa yang memang mereka ketahui saja, sebatas mana tingkatan mereka sebagai manusia yang sama-sama sedang belajar dalam panggung maha besar bernama kehidupan seperti kita ini. Pada dasarnya kita semua adalah insan pembelajar, jadi tidak ada yang patut kita sombongkan.  Belajar dan terus belajar. :)
Tidak perlu risau atas penilaian manusia, karena yang Maha menilai adalah Allah. Asal niatan hati kita luruskan, dan selanjutnya biarlah Allah saja yang menilai. Terlalu memperhatikan anggapan dan penilaian manusia hanya akan meresahkan hati, bisa-bisa kena virus galau lagi, hehe… ga, ga, ga mau…aku ga mau klo sampai galau… (gaya intonasi cherry belle), kemudian dijawab oleh SM*SH, say no to galau :)
Karena bagiku, FB adalah sarana cukup bagus untuk berdakwah, lagi-lagi “bukan sekedar nyampah”, tidak harus tatap muka, tapi ayat Allah bisa tersampaikan pada setiap pembaca (bagi yang mengikuti dan membaca status dan coretan di blogku sih ^^). Bayangkan saja, jaman sekarang, hampir semua lapisan masyarakat kenal sama si FB. Wuiiih, keren kan si FB, terkenal banged dia… J, Apalagi bagi sobat yang punya temen FB banyaknya bejibun, ribuan… itu bisa jadi ladang basah loh, prospektif banged. Meski punya temen sebanyak itu juga tidak tahu bisa saling memberi manfaat ato ga, yang penting mulailah dari diri sendiri, kita bisa berusaha untuk bermanfaat bagi mereka.
Sebarkanlah kebaikan meski hanya melalui barisan kata, karena dia akan memantul ke mana saja termasuk kembali kepada diri kita sendiri. Seperti disebutkan dalam hadist,
”Siapa saja yang pertama memberi contoh prilaku yang baik dalam Islam, maka ia mendapatkan pahala kebaikannya dan mendapatkan pahala orang-orang yang meniru perbuatannya itu tanpa dikurangi sedikitpun” (HR. Muslim).
Manfaatkanlah teknologi, termasuk media jejaring sosial (FB, Twitter, blog, dan antek-anteknya) untuk hal yang bermanfaat, untuk sesuatu amalan yang berpahala. Jangan sebaliknya, dipake buat curhat kegalauan, atau bisa dibilang sekedar “nyampah”, meski kadang kala aku juga iya, hehe… peace^^, tapi jangan terlalu seringlah, dikurangi sedikit demi sedikit… (manasihati diri sendiri dan mengajak para pembaca agar lebih bijak menggunakan FB ataupun jejaring sosial lainnya.., :))  Pernah suatu hari aku update status begini,
Perkataan, status, atau barisan kata yang terbaik bukanlah yang paling banyak mendapat jumlah ‘like’ atau lambungan pujian. Tetapi, yg terbaik adalah perkataan/barisan kata yang mempunyai efek potensial pada hati, dapat menyentuh, mencetuskan inspirasi, mengejutkan diri yang terlena untuk senantiasa mendekatkan diri kepada Allah, dan mengingatkan bahwa segala kebenaran datang semata dari Allah… Setelah aku pikir ulang, hal itu bener juga. Kalo benar, itu artinya tidak salah… Loh kok? bingung ya? ^_^
“Undzur maa qoola, walaa tandzur man qoola >> Lihatlah apa yang dikatakan dan janganlah melihat siapa yang mengatakan” (Ali bin Abi Thalib r.a.).
Setiap mendengar atau membaca tulisan, lihatlah isinya, jangan melihat siapa yang berkata atau yang menulis. Karena ilmu Allah bisa kita dapatkan melalui perantara apa saja. Termasuk juga melalui orang-orang yang Allah hadirkan dalam kehidupan kita. Bahkan tidak menutup kemungkinan, aku salah satunya yang hadir dalam kehidupan Sobat sekalian dimanapun berada (lagi-lagi narsis.com kambuh). V^_~
When someone comes into your life, Allah sent them for a reason. Either to learn from them or to be with them until the end...
Alhamdulillah… puji syukur tiada terkira, aku akui, banyak sekali kesempatan yang Allah berikan padaku untuk belajar dari orang-orang yang hadir dalam kehidupanku. Sahabat-sahabat baikku tentunya. Kadang kala aku masih belum tahu apa maksud Allah mengirimkan mereka silih berganti dalam kehidupanku. Kadangkala saat sendiri seperti sekarang, saat mereka yang pernah hadir dan turut mewarnai hari-hariku sudah berpindah tempat, kami sudah berpisah untuk melanjutkan kehidupan masing-masing, saat itulah aku mulai merenung. Apa sebenarnya maksud Allah mengirimkan mereka untukku. “Kenapa bukan yang lain saja? Kenapa mesti mereka?”  Pertanyaan kecil yang kadang melintas dipikiranku dalam zona telaga perenungan yang memang sengaja aku hadirkan sendiri.
Dan perlahan aku temui jawabnya, tiada lain tiada bukan adalah karena Allah sedang mengirimkan/mengajarkan ilmu-Nya kepada ku melalui perantara mereka. Ilmu kehidupan yang tidak dijumpai dalam pendidikan formal, seperti di sekolah or universitas. Tetapi benar-benar ilmu yang diperoleh dalam panggung maha besar bernama 'kehidupan'.
Langsung ku bertanya, “apa beda ilmu di universitas or sekolah dengan ilmu di panggung kehidupan?” dan karena sudah melalui proses analisis dalam zona perenungan, aku jawab sendiri tuh pertanyaan, “bedanya adalah, jika ilmu di universitas, kita dapatkan meterinya/teorinya lebih dulu barulah kita dapat ujian. Tetapi, jika ilmu Allah di panggung kehidupan, kita akan dapat ujian terlebih dahulu, barulah kita dapat makna/hikmah/pelajaran/teori yang sebenarnya ingin Allah ajarkan kepada kita, jika kita dapat melalui/lulus dalam ujian itu maka kita bisa naik kelas” yah, kira-kira begitulah perbedaan yang cukup signifikan. Dan orang-orang yang dikirim Allah untuk kita, tentunya dengan berbagai karakter. Merekalah yang dapat membentuk kita menjadi pribadi yang seperti sekarang ini, yang kita jumpai pada diri kita masing-masing.
Coba, tanyakan pada rumput yang bergoyang. Upz, bukan, maksudnya tanyakan pada diri sobat sekalian, “pribadi yang seperti apa yang ingin sobat bentuk dan sekarang sudah sampai tahap apa dalam proses pembentukan itu? Biarkan hati yang berpikir”. Oleh karena itu, pandai-pandailah dalam memilih teman, apalagi sahabat. Karena tak dapat dipungkiri, lingkungan cukup memberi andil besar dalam membentuk kepribadian kita.
Menurut Imam Syafi’i,
Setiap manusia mempunyai orang yang dicintai dan yang dibenci. Tapi bagimu, jika ada maka berkumpullah kamu dengan orang-orang yang bertaqwa”.

Hal ini juga senada dengan yang dikatakan oleh sahabat Umar ibn Al-Khattab r.a.,
"Sit with those who love God, for that enlightens the mind"
Karena dengan mempunyai sahabat yang shalih/shalihah bisa saling mengingatkan. Sudah jadi rahasia umum bahwa hati dan keimanan kita sangat fluktuatif, setan di mana-mana dan tak pernah lelah meluncurkan serangan bertubi-tubi. Semakin kita taat pada Allah, semakin tinggi level kelas setan yang dikirimkan untuk kita, kelas kakap mungkin. Hehe. Jadi, bergaullah dengan sahabat yang shalih/shalihah. Bergaul dengan teman yang shalih/shalihah akan berimbas juga kebaikan itu pada diri kita.
Nabi SAW mengingatkan: 
Perumpamaan teman yang shalih dengan yang buruk itu seperti penjual minyak wangi dan tukang pandai besi. Berteman dengan penjual minyak wangi akan membuatmu harum karena kamubisa membeli minyak wangi darinya atau sekurang-kurangnya mencium ban wanginya. Sementara berteman dengan pandai besi akan membakar badan dan bajumu atau kamu hanya akan mendapatkan bau tidak sedap“ (HR.Bukhari & Muslim).
Ok, sobatku sekalian, sekian dulu yah coretanku dalam episode “Liburan, Bukan Sekedar Nyampah”. Semoga setelah membaca coretan ini, ada efek berlanjut dan dapat turut memberi sedikit inspirasi untuk mengisi hari-hari yang mungkin sedang kosong dengan amalan yang lebih bermanfaat, salah satunya dengan membuat/membaca coretan yang "bukan sekedar nyampah".
Semoga bermanfaat, Cheers:)


…::salam dari hati ke hati::…




Tidak ada komentar:

Posting Komentar