Sabtu, 23 Juni 2012

Sudah Butakah Mata Hati Kita?

Sudah di ubun-ubun, 
rasa mengusik jiwa, 
tak bisa ku pendam walau batinku menjerit…
Saat melihat fenomena yang kurang pas dengan hati nurani, rasanya bikin diri ini jadi 'galau' (upz, ikut2an pinjam istilah ini), habis lagi tren, Hehe.
Mereka tidak tahu atau pura-pura tidak tahu ya? Bahwa perilaku yang demikian itu tidak dibenarkan dalam agama. Pergaulan laki-laki perempuan sudah diatur dengan begitu sempurna dan indah. Mengapa tidak menerapkan aturan yang ada? 
"Ah, aturan dibuat kan untuk dilanggar?" Apakah prinsip mereka demikian? 
"Ah, yang penting kami tidak menganggu Anda". 
Hmm, pembenaran sebagai usaha pembelaan yang ini jelas sangat tidak dapat dibenarkan. Dari sudut pandang mana mereka berkata perbuatan seperti itu tidak mengganggu orang-orang di sekitar? Mungkin tidak mengganggu secara fisik, namun secara psikologis, jelas, amat sangat mengganggu! (upz, afwan, tidak bermaksud es-mosi, tapi es-teh panas, hmm, memang ada ya?) :)
Kemana-mana berdua, dunia serasa milik berdua, sedangkan yang lain ngontrak. Apakah sudah tidak ada rasa malu pada diri mereka? Sedangkan menurut sebuah hadist,

Dari Ibnu Umar r.a. berkata: Rasulullah SAW melewati seseorang yang sedang menasihati saudaranya karena pemalu, maka Nabi SAW bersabda, "Biarkanlah ia, karena sesungguhnya sifat malu itu sebagian dari Iman". (HR. Bukhari Muslim)

Menurut hadist tersebut, malu adalah sebagian dari iman, jika pada diri manusia sudah tidak dikenali lagi adanya rasa malu, lantas yang dipertanyakan selanjutnya adalah, masihkah ada keimanan dalam dirinya? Semoga Allah senantiasa memberi petunjuk kepada kita semua. Aamiin... :)
Atau apakah sudah termakan sajian televisi dengan pola pergaulan yang demikian dan dianggap sangat wajar? MasyaAllah, kalo demikian yang terjadi, hanya bisa menghela nafas panjang, hmmmmm.... cukup. 
Korban sajian teknologi sudah banyak, semoga kita bisa lebih berhati-hati menghadapi serangan tersembunyi tipe seperti ini. Perang pemikiran, ghazwul fikr, yang diserang adalah pola pikir, yang akan berimbas pada pola sikap dan perilaku. Memang tidak tampak, tapi dampaknya bisa luar biasa. Jadi, tidak dapat diabaikan begitu saja.
Sebenarnya, jauh dilubuk hatiku. ingin ku peluk erat dirimu sembari berbisik, "tolong, hentikan semua adegan ini saudariku. Bukan karena apa, hanya karena aku sayang padamu". Kita semua sudah sama-sama dewasa, sudah mampu membaca masalah hati. Jika hati sedang terserang VMJ (Virus Merah Jambu), semua akan terasa indah. Bisa-bisa buta dan melenakan. Sampai-sampai tidak sadar, lupa, atau bahkan pura-pura tidak tahu dan cuek. Apapun istilahnya, tidak ada alasan yang dapat digunakan sebagai pembenaran manifestasi sikap yang demikian. Aku sayang sama kalian, kalian adalah saudaraku. Aku juga pasti akan dimintai pertanggungjawaban kelak di akhirat, saat melihat saudaranya sesama muslim berbuat demikian tetapi tidak diingatkan. Sedangkan aku disini, apa yang dapat aku lakukan?
Jika aku tidak care, pasti aku biarkan saja dirimu sesukanya dimainkan olehnya. Namun, karena ada perhatianku terhadapmu saudariku, jadi diriku ikut terusik. Meski kadang kau bilang diriku masih polos, masih lugu, belum banyak pengalaman dalam hal beginian. Dan memang benar, dari dulu sampai sekarang aku tak punya keberanian untuk memilih jalan yang demikian. 
Yah, memang benar, hidup ini pilihan saudariku. Memilih untuk mengikuti aturan yang ada atau bertindak sesuka hati? Itu semua memang hak mutlak dirimu, mau kau bawa kemana dirimu. Akan tetapi, yang pasti adalah, semua tidak pernah terlepas dari pengawasan Allah dan pastinya semua juga akan dimintai pertanggungjawaban kelak.  
Masalah VMJ memang bisa menyerang siapa saja dan itu fitrah kita sebagai manusia yang diciptakan begitu sempurna dengan dilengkapi ‘rasa’. Namun, keberadaannya sudah selayaknya kita sikapi dengan bijak. Semakin dewasa, semakin bisa mengontrol dan menyikapinya sesuai dengan syariat. Jika memang dia ada itikad baik dan serius padamu, dia tak akan menjerumuskan dirimu dengan caranya yang kurang tepat dalam memanifestasikan sebuah ‘rasa’ yang fitrah tersebut.
Sebagai gambaran, nih ada sedikit percakapan singkat antara ukhti dengan akhi terkait masalah VMJ atau cinta. Semoga dapat turut membuka mata hati kita. Mata hati yang kadang silau atau bahkan dibutakan oleh segala fatamorgana dunia yang melenakan yang indahnya hanya sementara belaka.
Ukhti   : Saya merasa tidak pantas untuk Anda.
Akhi    : Kenapa?
Ukhti   : Anda pintar, banyak yang menyukai Anda, dan saya pencemburu.
Akhi    : Banyak yang suka? saya tidak butuh mereka, saya hanya butuh pendamping dan pembimbing untuk anak-anak saya kelak, dan saya akan kendalikan diri saya dalam menjaga sikap untuk menjaga hati Anda, saya tahu akan hal itu.
Ukhti   : Saya juga tidak terlalu pandai dalam ilmu agama, saya masih belajar.
Akhi    : Kita bisa belajar dan mendalaminya bersama-sama.
Ukhti   : Saya tidak cantik, tidak seperti mereka.
Akhi    : Allah akan marah jika mendengar perkataan Anda tadi. Karena itulah saya memilih Anda, karena Anda tidak menggunakan kesempatan atas kecantikan Anda.
Ukhti   : Hmm… Anda ini sebenarnya kenapa? Sudah saya katakan saya ini tidak pantas, kita ibarat bumi dan langit, ada dinding sangat tinggi antara kita. Terlalu banyak perbedaan.
Akhi    : Setinggi apapun dinding itu, asal Allah ridho tidak akan jadi masalah. Dan adanya perbedaan akan membuat kita semakin lengkap, bukankah kita diciptakan berbeda untuk dapat saling melengkapi?
Ukhti   : Anda terlalu sempurna.
Akhi    : Belum, saya sangatlah jauh dari kesempurnaan, karena kesempurnaan hanya milik Allah Azza wajalla. Namun, saya akan dapat sempurna sebagai manusia jika Anda hadir dalam kehidupan saya.
Ukhti   : Cukup. Saya tidak mau dengar lagi. Anda tahu, sikap Anda yang seperti ini bisa melemahkan benteng keimanan saya, dan hanya akan menjadi pemicu ‘galau’ yang disinyalir dewasa ini persebarannya sudah membabi buta.
Akhi    : Hmm, seribu bunga dan seribu melodi cinta yang saya kirim selama ini tak mampu membuat Anda mengerti juga?
Ukhti   : Saya tahu, saya membaca, dan saya mengerti segala isyarat tersembunyi yang Anda berikan. Namun, saya tidak mau salah menafsirkan. Jadi, semua itu tiadalah berarti.
Akhi    : Ehm, maksud Anda?
Ukhti   : Jika memang Anda sudah mantap dan serius dengan saya, mohonlah kepada Allah lalu temuilah ayah saya. Itu lebih berharga dari seribu bunga dan seribu melodi ungkapan cinta yang Anda berikan pada waktu yang belum tepat. 
Ehm-ehm… tak tahu mengapa tiba-tiba jadi batuk, Hehe…
***
Semoga coretan ini bisa memberi efek potensial pada hati. Bisa membuka mata hati dan pikiran agar dapat menjemput cinta yang sudah dianugerahkan Allah kepada setiap hambaNya di muka bumi ini dengan jalan yang penuh dengan keridhaan dan bisa membawa keberkahan serta menuai cinta hakiki, cinta dari Allah Azza wajalla, InsyaAllah.
Tidak perlu bermain tebak ‘rasa’ terlalu lama atau bahkan memanifestasikan ‘rasa’ dengan jalan yang jauh dari ridhoNya. Jika sudah memohon petunjuk kepada Allah dan kemantapan hati sudah ada, ikutilah prosedur yang sudah diatur dalam syariat.
Semoga bermanfaat, :)

…::salam dari hati ke hati::…

2 komentar:

  1. Balasan
    1. syukron Ukhti Aliyatul Hikmah, salam kembali cinta yg lebih luar biasa, cinta karena Allah Azza WaJalla... ^_^

      Hapus