Kamis, 29 November 2012

Janganlah Engkau Percaya dengan Asmara


Hmm… suatu saat ada teman yang sedang berbagi, dan kalo boleh aku menarik benang merahnya adalah tentang “janganlah engkau percaya dengan asmara” (dengan redaksi versi aku sendiri dan disini aku ulas dengan agak panjang, hehe). Menurutku ini cukup menggelitik untuk dibahas dan direnungi. Karena apa? Karena hal ini banyak sekali kita jumpai di masyarakat. Apalagi pada temen-temen kita atau mungkin kita sendiri, huahahaha… bukan bermaksud curcol. Tapi, bicaralah realita, jujur pada hati nurani. Jadi inget kata RADJA: “jujurlah padaku, bila kau tak lagi cinta…” Hmm, tapi, jika memang sulit untuk jujur padaku, itu bukan menjadi masalah, tapi, jujurlah pada dirimu sendiri, untuk kebaikan bersama. Tsaahhh… Lanjut yukkk… ^_^

Pada saat dihadapkan pada masa menerka-nerka atau membaca signal dari jauh, hal yang paling rawan terjadi adalah kita memasuki “zona menduga-duga”, asyik memainkan alam imajinasi kita sendiri. Menghubungkan satu titik kejadian ke kajadian lainnya. Atau jika kasusnya tidak bisa berinteraksi langsung karena jarak, maka kita akan menghubungkan kata demi kata yang terbaca, mencoba memaknai satu persatu, lalu sampailah pada titik dimana kita akan mendramatisir semua itu dari awal hingga titik dimana kita berada saat ini. Huaa… dan inilah masa-masa di mana imajinasi lebih menguasai diri kita. Terus, kita mencoba bertanya pada logika: dimanakah engkau berada logika? Sedang tertidurkan kau sekarang? Mengapa yang dominan adalah si perasaan?
By the way, ngomongin masalah perasaan? Kita pasti langsung teringat, identik banget dengan wanita. Yah, wanita yang lebih mengedepankan perasaan dari pada logika. Sekalipun dia sudah lulus materi Logika Matematika (hehe… kan itu materi sudah diajarkan sejak kelas X SMA?) Jika kita sudah lulus SMA berarti materi itu juga sudah lulus kan? *aduh, kemarin waktu dijelasin materi itu, saya pas kagak masuk tuh, huaaa... cubit pipinya... ^_~
Kembali ke topik pembicaraan semula. Ini mungkin masalah kecil dan sepele bagi orang yang sudah dewasa atau sudah melalui masa-masa itu, atau bagi mereka yang memang menganggapnya sebagai sesuatu yang ga penting dan sepele untuk dibahas. Tapi hal ini akan menjadi masalah yang pelik dan lumayan juga menguras pikiran bagi mereka yang sedang berada pada zona itu. Percaya ga percaya, udaahh… percaya ajah, hehe… kok jadi maksa? :D
Hal ini bisa juga jadi pemicu yang namanya galau akut, haha lebay.com. Ga jadi percaya ya? Ok, tunggu ajah saatnya tiba. Hohoho tiba-tiba jadi bernuansa seremmm…. ^_^
Nah, bagi sobat dimanapun berada yang saat ini sedang mengalami masa-masa seperti itu (khususnya bagi yang memiliki sifat pemalu), apa hubungannya dengan pemalu ya? Yah, karena pemalu lah, dia hanya bisa mengekspresikan dan membaca lewat kata atau lagu, atau cerita atau puisi atau apalah yang lainnya. Kalau dia tidak pemalu pasti akan tanya langsung dan tidak akan menerka-nerka atau bermain-main dengan dugaan, he eh, bener banget itu Sob! *tiba-tiba ada yang nyeletuk demikian…
Ini nih ada sepenggal coretan yang bisa dipake untuk meluruskan otot-otot kita yang tegang, loh loh kok jadi kagak nyambung Sob? hehe… Ok, kagak untuk meluruskan otot yang tegang, tetapi langsung untuk memberikan tamparan pada diri yang sedang terlena, asyik dengan imajinasi dan dunia dugaan terhadap sesuatu yang ga jelas, ga berujung, dan ga tahu ada manfaatnya ato tidak, jangan-jangan mubadzir waktu, tenaga, dan pikiran kita… Naudzubillah… Astaghfirullah… Lindungi kami ya Rabb… *sujud bersimpuh dalam doa yang serius sambil berlinang air mata
Penggalan goresan kata yang menari ini didedikasikan untuk para akhwat, sahabat-sahabatku dimanapun berada, atau sahabat yang sedang di dekatku, yang suka berbagi denganku, atau bahkan bisa juga untuk ku sendiri, :D
Sayang, tidak kah kau sadar?
Apa yang selama ini kau lakukan?
Menunggu, menerka, menduga, mendramatisir
Setiap kejadian yang kau alami
Atau bahkan sekedar kata-kata yang kau baca
Coba sejenak saja, tanyakan pada nuranimu
Anganmu tak lebih hanya sekedar lamunan belaka
Harapmu juga sekedar harapan pada himpunan kosong
Kosong tak berisi, hampa! Tak bermakna!
Bagaimana tidak?
Cobalah mengerti, mencari arti dalam bisikan ruang sunyi
Bagaimana jika tidak sedikitpun energinya tercurah untukmu?
Apalagi niat suci untuk menginginkanmu dan memilikimu?
Bukan saja detik ini
Tapi sedari dulu, sedari kau bertemu dengannya
Yah, sejak dulu sebagaimana dahulu adanya
Tidakkah sedikit saja pengetahuanmu menerangi celah pikiranmu?
Bahwa nada-nada itu sama sekali bukanlah untukmu
Mungkin saja untuk gadis lain di sana?!
Atau untuk gadis lainnya lagi?!
Atau bahkan untuk semua?!
Tapi yang pasti itu bukanlah untukmu!
MasyaAllah, saat kau tahu itu, bukankah itu sangat menyakitkan?
Ku tahu, kau pasti akan jatuh tersungkur
Ku tahu dengan jelas siapa dirimu
Kau tidak sekuat itu
Kau juga punya sisi dimana kau bisa rapuh
Terlena dengan satu kata, “kesia-siaan” dalam membangun harapan
Cobalah buka mata, buka hati, buka pikiran
Meski hanya sedikit
Yah, sedikit saja sudah cukup sayang
Sadarlah, gunakan akal sehatmu
Gunakan ilmu atau kecerdasanmu
Bukan untuk siapa, bukan untuk apa
Tatapi, hanya untuk dirimu
Untuk kebaikanmu sendiri

Hmm, saat sudah bisa memaknai coretan yang menari-nari di atas, mungkin kita akan tersadar dari lamunan panjang, lamunan tak berujung, harapan yang tidak pada tempatnya, membangun harapan di tempat yang salah. Masihkah kita pertahankan berada pada zona yang menyiksa seperti itu? Oh tidak! Setiap orang berhak bahagia, jika satu pintu tertutup, sejatinya Allah sedang membukakan pintu lain yang jauh lebih baik untukmu. Tenang kan dirimu, lebih berjuanglah dalam belajar menata hati.
“Janganlah engkau percaya dengan asmara…” (kata lagu seroja sih begitu, hehe)


Tak selamanya semua gurauan/candaan itu serius. Dewasalah dalam berpikir dan memberi makna sobat. Anggap saja angin yang semilir kemarin adalah sambil lalu, hanya hinggap sebentar lalu pergi ke tempat yang memang menjadi tujuannya, dan sadarlah jika mungkin tujuan yang dia tuju itu bukan dirimu. Dan tidak kah kau sadar, bahwa sesungguhnya Allah sedang mempersiapkan seseorang yang setia untuk kebaikanmu, membimbingmu menuju cintaNya akan datang bertemu dengamu suatu masa nanti yang akan diberikan Allah padamu? Jadi La Tahzan, jangan biarkan hatimu bersedih terlalu lama... (dengan nada menghibur sahabatku yang sedang patah) ^_^

Tahu ga, hidup ini indah sahabatku, jangan kau sia-siakan, asah terus potensimu, teruslah memberi manfaat pada sekitarmu, biarkan ini jadi pelajaran, guru kehidupan paling berharga yang tidak akan kau jumpai pada wadah pendidikan formal, dan tidaklah perlu ada penyesalan. Karena ini terjadi juga karena skenario dari Allah, bersyukur dan bersabarlah karena esensi kehidupan di dunia fana ini adalah tentang syukur dan sabar, semua adalah ujian, sampai akhirnya kita bertemu dengan Allah pada masa yang ditentukan dan tidak ada keraguan sedikitpun padanya. Everything happen for a reason, and you, you are a writer of your own life… Be wise! ^_^
# Episode berbagi untuk sahabat sekaligus mengingatkan diri sendiri bahwa realita seperti itu memang ada, bukan hanya ada beberapa, tapi banyak tak terhingga… Waspadalah! (pesan bang napi) :D
Semoga bermanfaat, berkah berlimpah dengan senantiasa menata dan menjaga hati, memperbaiki amal, husnudzan pada Allah, dan istiqomah… aamiin… 
Just remember, Allah knows ^_~
Cheers… :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar